Pages

Rabu, 22 September 2010

Fajar masih belum memperlihatkan dirinya. Suasana di sekitar pun masih sunyi. Aku memberanikan diri keluar kamar, berjingkat” menuju ruang tengah. Perlahan kubuka tas kerja ayah dan ku ambil sebungkus rokok classmild, kuletakkan di kolong meja belajarku. Setelah itu aku kembali ke kamar. Itu sudah menjadi kegiatan rutinitasku. Kira-kira waktu itu aku masih kelas 3SD. Saat aku sedang bersiap-siap ke sekolah … “mbak wida, liat rokok ayah nggak?, seinget ayah, ayah taruh di atas TV”. Ayah berteriak di ruang tengah. “nggak tuh yah, wida nggak liat. Mungkin ibu’ tau”. Jawabku. “ibu’ nggak tau, bner mbak wida nggak liat?”. Tanya ayah penasaran. “ia bner, ngapain wida bo’ong. Kalau gak ada ya udah nggak usah ngrokok. Ayah, wida dah telat ke sekolah nih?’. Rengekku. “hemz, ya udah ayo qta berangkat”, sahut ayah. Setelah pamit pada ibu dan mencium adik bayiku, aku berangkat sekolah bersama ayah. Karena setiap hari ayah kehilangan rokok, sejak itu ayah jarang merokok. Hingga pada suatu hari, saat aku sedang nonton TV, dan ayah sedang membuat laporan… “mbak wida, ayah pinjam tip-x nya donk?”, kata ayah dari beranda. “silahkan yah, tip-x nya ada di kotak pensil wida”, jawabku. “kotak pensilnya itu ada di mana nduk?”Tanya ayah. “ada di kolong meja belajar yah”. Tiba-tiba ayah memanggilku, “mbak wida, bias kesini sebentar?”. Aku menghampirinya. “ada apa yah?”. “apa mbak wida tau, kenapa rokok-rokok ayah ada di sini?”. Uuupzz, aku lupa… aku coba menjawab dengan suara gemetar, “emph, anu yah. Maafin wida karena Selama ini wida bohong sama ayah. Sebenarnya setiap pagi, saat ayah masih tidur, wida ngambil rokok itu dari tas ayah. Terus wida taruh di kolong meja belajar wida.” Jawabku gugup. “kenapa?” Tanya ayah. “guru wida bilang, merokok dapat menyebabkan sakit paru-paru. Wida nggak mau ayah sakit, nanti siapa yang mau cari uang kalau ayah sakit?”. Ayah hanya tersenyum mendengar jawabanku. Fiuh, leganya. Ternyata ayah tidak marah,pikirku. Tiba-tiba ayah memelukku. “ayah tau mbak wida nglakuin itu karena mbak wida sayamg sama ayah, tapi kenapa harus dengan cara berbohong?, ayah janji nggak akan terlalu sering merokok”. “bener?’, tanyaku. “bener”, jawab ayah. “janji?”, tanyaku sambil mengangkat jari kelingkingku. “janji”,jawab ayah sambil mengaitkan jarinya pada jariku. Kami pun tertawa.. Sekian…

0 komentar:

Posting Komentar

Another Templates

Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket
 
Powered by Blogger